Di hari-hari kuliah akhir semester tua ini yang semakin
terasa hawa kemalasan, dan berakibat pada aktifitas kuliah hanya dijalani
sebagai ritual bodong tanpa kekhusukan. Jam kuliah pun belum berakhir dan dosen
pun belum menunjukkan tanda-tanda untuk mengakhiri perkuliahan, saya pun
berinisiatif untuk ijin keluar kelas untuk pergi ketoilet, padahal saya mau ke
kantin, hehehe. Sesudah bersusah payah menghindari rintangan yang ada, akhirnya
saya pun meluncur ke tujuan, haha, cangkruk di kantin. Tak berselang lama
setelah saya memesan minuman buah KW3 alias marimas dan beberapa jenis gorengan,
beberapa teman karib pun menyapa menghampiri dan bergabung dalam aktifitas
cangkruan. Beberapa perbincangan informal pun berjalan apa adanya seperti biasa,
seperti topik sehari-hari, masalah politik, bahkan sampai masalah vulgarpun
sampai diperbincangkan disini. Saya lebih menyukai perbincangan perbincangan
khas cangkruk seperti ini dari pada duduk seperti patung tak berdaya di dalam
kelas perkuliahan, saya lebih merasa dihargai sebagai manusia ketika saya
belajar dari setiap perbincangan di warung-warung, tidak ada epistemologi yang
membatasi, tidak ada metodologi yang paling benar sendiri, tidak ada positivisme
yang menghakimi, tidak ada struktur yang menyatakan lebih pintar, lebih senior,
bla, bla, pokoknya tidak ada omong kosong menurut saya. Semua terasa egaliter
dan bebas, bagi saya ilmu pengetahuan itu pembebasan.